Rahmat Gani: DAS Randangan Jadi Penopang Utama Kebutuhan Air Pohuwato Hingga 2040

Pressure News Pohuwato – Kabupaten Pohuwato memiliki enam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi penopang kebutuhan air masyarakat, yaitu DAS Randangan, Paguat, Marisa, Lemito, Popayato, dan Molosipat.

Dari keenam DAS tersebut, DAS Randangan menjadi yang terbesar dan paling strategis. Namun, padatnya pemukiman di bantaran DAS serta perubahan penggunaan lahan telah mengancam keberlanjutan sumber daya air di wilayah ini.

Rahmat Gani, salah satu tokoh pemerhati lingkungan di Pohuwato, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi DAS di daerah tersebut. Ia menjelaskan bahwa DAS Randangan kini menjadi tulang punggung suplai air permukaan untuk seluruh wilayah Pohuwato, mengingat lima DAS lainnya memiliki panjang kurang dari 50 kilometer dan kemampuan alirannya semakin terbatas.

“DAS adalah sumber daya vital untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik domestik maupun sektor lain seperti irigasi, peternakan, tambak, dan industri. Namun, analisis dalam 25 tahun terakhir menunjukkan penurunan signifikan pada ketersediaan air permukaan di enam DAS di Pohuwato,” ujar Rahmat Gani.

Rahmat juga mengingatkan bahwa kebutuhan air di masa depan, terutama hingga tahun 2040, akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi. Parameter kebutuhan air meliputi kebutuhan domestik, fasilitas publik, irigasi, hingga sektor industri.

Jika tidak ada langkah nyata untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air, Pohuwato akan menghadapi krisis air yang serius.

Ia juga membandingkan kondisi DAS Randangan pada era 1990-an dan tahun 2024.

“Dulu, DAS Randangan mampu mendukung kebutuhan seluruh kabupaten dengan cadangan air yang melimpah. Kini, kondisinya semakin tertekan, dan jika dibiarkan, potensi kehilangan sumber daya air permukaan akan semakin besar,” jelasnya.

Sungai Randangan diproyeksikan akan menjadi satu-satunya sumber air utama yang melayani seluruh wilayah Pohuwato. Hal ini membuat kelestarian DAS Randangan menjadi tanggung jawab bersama.

Rahmat mengajak semua pihak untuk bekerja sama menjaga ekosistem DAS dengan langkah konkret, seperti penanaman kembali hutan di kawasan DAS, pengelolaan lahan yang berkelanjutan, serta penghematan air di berbagai sektor.

“Keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air adalah kunci keberlangsungan hidup di Pohuwato,” tegasnya.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan langkah strategis dari pemerintah, diharapkan ancaman kehilangan sumber daya air permukaan dapat diminimalkan, dan DAS Randangan tetap dapat menjadi penopang kehidupan masyarakat Pohuwato.

Yarman Mahabu

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *